Selasa, 29 Maret 2011

ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL

ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL
ARTIKEL “MENGURAI KRISIS AIR BERSIH” KARYA HM TAMZIL
DI SUARA MERDEKA TANGGAL 23 DESEMBER 2009


A. Sekilas Tentang Wacana Artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Harian Suara Merdeka
Kolom artikel merupakan salah satu kolom yang terdapat di harian suara merdeka. Kolom artikel terdapat dibagian “wacana” maupun “wacana lokal”. Letak kolom artikel senantiasa menempati halaman 6 dan 7, kolom artikel senantiasa terletak disamping kanan tajuk rencana, dihalaman 6, sedangkan artikel wacana lokal terdapat pada halamannya. Artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” terdapat dalam wacana lokal yang terletak dipojok kiri atas.
Artikel tersebut dipilih karena tema yang diangkat sesuai dengan kondisi saat ini. Di mana beberapa kota di Jawa Tengah berada dipenghujung musim kemarau. Meski telah memasuki musim penghujan, namun dampak dari musim kemarau masih tetap terasa.
Dalam artikel mengurai krisis air bersih mengambil tema tentang krisis air bersih. Artikel tersebut menjelaskan permasalahan krisis air bersih/kekeringan diberbagai kota/kabupaten di Jawa Tengah. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut diadakan Program Pengembangan Sarana Penyediaan Air Minum (SPAM). Ini dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di perkotaan dan pedesaan, melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan air minum.

B. Analisis Wacana Artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Harian Suara Merdeka dari Aspek Gramatikal
1. Referensi (Pengacuan)
Referensi atau pengacuan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya.
Referensi (pengacuan) ada tiga macam, yaitu pronomina persona, pronomina demonstratif, dan pengacuan komparatif.



a. Pronomina persona
Referensi (pengacuan) yang berupa pronomina persona dalam wacana artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di harian Suara Medeka dapat dilihat pada data-data dibawah ini:
1). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi, ataupun kabupaten/kota untuk menanggulangi daerah rawan air, di antaranya lewat penanggulangan secara darurat dan permanen (E.1)
Pada data (E.1) terdapat pengacuan pronomina persona III bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada diantaranya mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di sebelah kiri yaitu berbagai upaya sehingga disebut pengacuan endofora yang anaforis.
2). Pasalnya mereka banyak kehilangan waktu dan tenaga, hanya untuk mengambil air dari tempat yang jauh atau harus mengeluarkan uang lebih banyak guna membeli air dari pedagang keliling atau mobil tangki (I.2). Sementara itu, -nya pada pasalnya merupakan pengacuan pronomina persona II bentuk tunggal terikat mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di sebelah kanan yaitu mereka sehingga disebut pengacuan endofora yang disebut pengacuan endeofora yang kataforis.
Pada data (I.2) terdapat pengacuan pronomina persona III bentuk jamak yaitu mereka mengacu pada unsur lain yang berada di luar teks yaitu masyarakat sehingga disebut pengacuan eksofora.
3). Kota Magelang menjadi satu-satunya daerah di Jateng yang memiliki cukup air minum (L.2)
Pada data (L.2) terdapat pengacuan pronomina persona II bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada satu-satunya mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di sebelah kanan yaitu daerah sehingga disebelah pengauan endofora yang kataforis.
4). Beberapa program yang telah dilakukan pemerintah diantaranya menjalankan program penyediaan air bersih berbasis masyarakat (pamsimas) dan pengambunan air minum dengan DAK (N.1)
Pada data (N.1) terdapat pengacuan pronomina persona III bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada diantaranya mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di sebelah kiri yaitu beberapa program, sehingga disebut pengacuan endofora yang anaforis.
5). Kalau pun terdapat air baku, biasanya berada pada jarak yang cukup jauh dan sering berbenturan dengan peruntukan lain (O.2)
Pada data (O.2) terdapat pengacuan peronomia persona III bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada biasanya mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di sebelah kiri yaitu air baku sehingga disebut pengacuan endofora yang anaforis.
6). Kedua, masyuarakat rawan air biasanya berada pada pemukiman terpencil dan sulit dijangkau dengan jarak antara lain yang relatif jauh (P.1)
Pada data (P.1) terdapat pengacuan pronomina persona II bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada biasanya mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di sebelah kiri yaitu masyarakat rawan air sehingga disebut pengacuan endofora yang anaforis.
7). Ketiga, daerah rawan air biasanya berada pada kondisi geohidrologi yang miskin air tanah, serta topografinya berbukit (Q.1)
Pada data (Q.1) terdapat pengacuan pronomina persona III bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada biasanya mengacu pada unsur lain yang berbeda di dalam teks di sebelah kiri yaitu daerah rawan air sehingga disebut pengacuan endofora yang anaforis.
8). Mereka berdiam di 1.109 desa di 217 kecamatan dan 27 kabupaten/kota (G.3)
Pada data (G.3) terdapat pengacuan pronomina persona II bentuk jamak yaitu mereka mangacu pada unsur lain yang berada di luar teks yaitu 1.445.490 jiwa sehingga disebut pengacuan eksfora.
b. Pronomina Demonstratif
Referensi (pengacuan) yang berupa pronomina demonstrative dalam wacana artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di harian Suara Merdeka dapat dilihat pada data-data di bawah ini:
1). Permasalahan krisis air bersih/kekeringan diberbagai kota/kabupaten merupakan siklus yang terjadi setiap tahun (C.1)
Pada data (C.1) terdapat pronomina demonstratif waktu netral yaitu setiap tahun, karena pengacuan ini tidak menunjuk pada waktu lampau saja, waktu kini saja, atau waktu yang akan datang saja, melainkan menunjuk waktu setiap malam.
2). Berdasarkan studi identifikasi kawasan rawan air bersih/kekeringan pada 2003 terdapat 3.104.574 jiwa penduduk yang termasuk kategori rawan air bersih dan itu tersebar di 1.401 desa di 271 kecamatan di 29 kabupaten (D.10)
Pada data (D.1) terdapat pronomina demonstratif itu yang mengacu pada tempat agak dekat dengan penutur, yaitu kawasan rawan air bersih. Kekeringan yang berada di dalam teks di sebelah kiri sehingga disebut pengacuan endofora yang anaforis.
3). Saat ini sedang dilakukan inventarisasi daerah kekeringan dan rawan air di Jateng oleh satuan kerja pengembangan kinerja dan pengelolaan air minum (satker PKP) (G.1)
Pada data (G.1) terdapat pronomina demonstratif waktu kini yaitu saat ini.
4). Kota yang masih cukup memiliki cadangan air minum adalah kata Magelang (H.1)
Pada data (H.1) terdapat pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit yaitu Magelang.
5). Solo mempunyai cadangan air baku tetapi perlu segera dibangun unit produksi (H.2)
Pada data (H.2) terdapat pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit yaitu Solo.
6). Pelayanan PDAM di kota-kota itu sudah mulai terganggu pada musim kemarau karena kesiltan pasokan air baku (H.4)
Pada data (H.4) terdapat pronomina demonstratif itu yang mengacu pada tempat agak dekat dengan penutur, yaitu kota Semarang, Salatiga, Tegal, dan Pekalongan yang berada di luar teks sehingga pengacuan eksofora.
7). Kabupaten yang setiap musim kemarau selalu mengalami kekeringan atua rawan air minunmm adalah Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobogan, Demak, Boyolali, Wonogiri, dan Cilacap (J.1)
Pada data (J.1) terdapat pronomina demonstratif waktu netral yaitu setiap musim kemarau, karena pengacuan ini tidak menunjuk pada waktu lampau saja, waktu kini saja, atau waktu yang akan datang saja, melainkan menunjuk waktu setiap musim kemarau. Selain itu, terdapat pula pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit yaiitu Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobogan, Demak, Boyolali, Wonogiri dan Cilacap.
8). Kota Magelang menjadi satu-satunya daerah di Jateng yang memiliki cukup air minum (L.2)
Pada data (L.2) terdapat pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit yaitu Magelang.
9). Adapun deaerah yang mulai mengalami kekeringan adalah kota Semarang, Salatiga, Tegal, dan Pekalongan (H3)
Pada data (H.3) terfdapat pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit yaitu kota Semarang, Salatiga, Tegal, dan Pekalogan.
10). Adapun daerah yang mengalami permasalahan kekeringan, dalam waktu lebih pendek tapi potensial parah jika terjadi kemarau berkepanjangan adalah kabupaten Kebumen, Purworejo, Banjarnegara, Wonosobo, Banyumas, Purbalingga, Magelang, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Temanggung, Semarang, Kendal, Batang, Pemalang, Pekalongan, Tegal, Brebes, Jepara, dan Kudus (K.1)
Pada data (K.1) terdapat pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit yaitu kabupaten Kebumen, Purworejo, Banjarnegara, Wonosobo, Banyumas, Purbalingga, Magelang, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Temanggung, Semarang, Kendal, Batang, Pemalang, Pekalongan, Tegal, Brebes, Jepara dan Kudus.
11). Kota yang mengalami kekeringan air minum pada musim kemarau adalah Tegal, Pekalogan, Semarang, Salatiga dan Solo (l.1)
Pada data (L.1) terdapat pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit yaitu Tegal, Pekalongan, Semarang Salatiga, dan Solo.
c. Pengacuan Komparatif
Dalam wacana artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di harian Suara Merdeka tidak ditemukan adanya pengucapan komparatif.
2. Penyulihan (Subistitusi)
Penyulihan atau substitusi ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu (yang telah disebut) dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda.
Pada wacana Suara Merdeka Rabu 23 Desember 2009 yang berjudul “Mengurangi Krisis Air Bersih”.
a. Substitusi nominal
Substitusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori nomina, substitusi nominal pada wacana “Mengurangi Krisis Air Bersih” tidak ada.
b. Substitusi verbal
Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori verba (kata kerja) dengan satuan lingual lainnya yang juga berkategori verba substitusi verbal pada wacana “Mengurangi Krisis Air Bersih” tidak ada.
c. Substitusi frasa1 adalah penggantian satuan lingual tertentu berupa kata atau frasa dengan satuan lingual lainnya yang berupa frasa pada wacana “Mengurangi Krisis Air Bersih”.
Pada data (I.1, dan 2)
Dampak kekeringan pada musim kemarau bisa memperparah kondisi sosial, ekonomi dan kesehatan, terutama bagi yang berpenghasilan rendah. Pasalnya mereka banyak kehilangan waktu dan tenaga hanya untuk mengambil air dari tempat yang jauh, atau harus mengeluarkan uang lebih banyak guna membeli air dari pedagang keliling atau mobil tangki.
Pada frasa bagi yang berpenghasilan rendah pada frasa pertama disubstitusi menjadi mereka pada kalimat ke dua.
d. Substitusi klausa1/kalimat
Substitusi klausa1 adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa klausa atau kalimat dengan satuan lingual lainnya yang berupa kata atau frase pada wacsna “Mengurangi Krisis Air Bersih” tidak terdapat substitusi klausal.
3. Ellipsis (Pelesapan)
Pelesapan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu. Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” terdapat pelesapan (ellipsis), sebagai berikut:
a. Pelesapan kata
1) a. Pasalnya, mereka banyak kehilangan waktu dan tenaga hanya untuk mengambil air dari tempat yang jauh, atau harus mengeluarkan uang lebih banyak guna membeli air dari pedagang keliling atau mobil tangki (I.2)
b. Pasalnya, Mereka banyak kehilangan waktu dan tenaga hanya untuk mengambil air dari tempat yang jauh, atau Mereka harus mengeluarkan uang lebih banyak guna membeli air dari pedagang keliling atau mobil tangki (I.2)
Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya persitiwa pelesapan, seperti pada (I.a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif, efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih kreatif menemukan unsur-unsur yang dilesapkan, serta praktis dalam berkomunikasi.
b. Pelesapan frasa
1) a. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi, ataupun kabupaten/kota untuk menanggulangi daerah rawan air, diantaranya lewat penanggulangan secara darurat dan permanen (E.1)
Namun masih perlu didukung oleh upaya konservasi daerah tangkapan air mengingat luas daerah rawan air, di antaranya lewat penanggulangan secara darurat dan permanen.
b. Berbagai upaya masih perlu didukung oleh upaya konservasi daerah tangkapan air mengingat luas daerah rawan air bersih cenderung bertambah.
1) a. Kelima, pemerintah pusat atau daerah tidak mempunyai dana yang cukup, atau belum menempatkan penanganan daerah rawan air sebagai prioritas program pembangunan sehingga belum semua kabupaten/kota mengalokasikan dana APBD II untuk penanganan daerah rawan air (S.1)
b. Kelima, pemerintah pusat atau daerah tidak mempunyai dana yang cukup, atau pemerintah pusat atau daerah belum menempatkan penanganan daerah rawan air sebagai prioritas program pembangunan sehingga belum semua kabupaten/kota mengalokasikan dana APBD II untuk penanganan daerah rawan air (S.1)
Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa pelesapan, seperti pada (1.a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif, efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih kreatif menemukan unsur-unsur yang dilesapkan, serta praktis dalam berkomunikasi.
c. Pelesapan klausa
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan adanya pelesapan klausa.
d. Pelesapan kalimat
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan adanya pelesapan klausa.
4. Perangkaian / Konjungsi
Konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana.
a. Sebab-akibat (kausalitas)
1). Pada teks (c.2) terdapat kata disebabkan yang merupakan konjungsi klausa yang mempunyai hubungan sebab-akibat yaitu hubungan klausa antara klausa kondisi alam dan dipicu oleh lingkungan yang makin rusak, dengan kausal sebelumnya yaitu dibeberapa wilayah, siklus itu menjadi bencana.
2). Pada teks (I.4) terdapat kata karena yang merupakan konjungsi kasualitas yang mempunyai hubungan sebab-akibat yaitu kesulitan pasokan air baku, sebagai sebab dan pelayanan PDAM di kota itu sudah mulai terganggu pada musim kemarau menjadi akibat.
b. Pertentangan
1). Pada teks (F.1) terdapat kata namun yang mempunyai hubungan pertentangan yang merupakan konjungsi antar paragraf yaitu antara paragraf E dengan paragraf F.
2). Pada teks (H.2) terdapat kata tetapi yang mempunyai hubungan antara klausa perlu segera dibangun unit produksi dengan klausa Solo mempunyai cadangan air baku.
3). Pada teks (K.1) terdapat kata tapi yang merupakan konjungsi subordinat bersyarat yang mempunyai hubungan pertentangan.
c. Kelebihan (eksesif)
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka, Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan adanya konjungsi kelebihan (eksesif).
d. Pengecualian (ekseptif)
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka, Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan adanya konjungsi pengecualian (ekseptif).
e. Konsesif
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka, Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan adanya konjungsi konsesif.
f. Tujuan
1). Konjungsi yang menyatakan tujuan pada wacana artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” dapat ditemukan pada teks no A 1 dengan ditandai kata untuk.
2). Pada teks (I.2) terdapat kata untuk yang mempunyai hubungan tujuan.
3). Pada teks (L.2) terdapat kata bagi yang mempunyai hubungan tujuan.
4). Pada teks (M.1) terdapat kata untuk yang mempunyai hubungan tujuan.
5). Pada teks R.1) terdapat kata untuk yang mempunyai hubungan tujuan.
6). Pada teks (S.1) terdapat kata untuk yang mempunyai hubungan tujuan.
g. Penambahan (aditif)
1). Pada teks (A.1) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
2). Pada teks (B.1) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
3). Pada teks (C.2) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
4). Pada teks (D.1) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
5). Pada teks (E.1) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
6). Pada teks (F.1) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
7). Pada teks (G.3) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
8). Pada teks (H.3) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
9). Pada teks (I.1) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
10). Pada teks (I.1) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
11). Pada teks (J.2) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
12). Pada teks (K.1) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
13). Pada teks (L.1) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
14). Pada teks (M.2) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan
15). Pada teks (N.1) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
16). Pada teks (O.2) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
17). Pada teks (P.1) terdapat dua kata dan yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
18). Pada teks (Q.1) terdapat dua kata serta yang merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan penambahan.
h. Pilihan (alternative)
1). Pada teks (E.1) terdapat kata ataupun yang merupakan konjungsi alternatif yang mempunyai hubungan pilihan.
2). Pada teks (I.2) terdapat kata atau yang merupakan konjungsi alternatif yang mempunyai hubungan pilihan.
3). Pada teks (J.1) terdapat kata atau yang merupakan konjungsi alternatif yang mempunyai hubungan pilihan.
4). Pada teks (S.1) terdapat kata atau yang merupakan konjungsi alternatif yang mempunyai hubungan pilihan
i. Harapan (optatif)
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka hari Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan konjungsi optatif yang menyatakan harapan.
j. Urutan (sekuensial)
1). Pada teks (O.1) terdapat kata pertama yang merupakan konjungsi sekuensial yang mempunyai hubungan urutan.
2). Pada teks (P.1) terdapat kata kedua yang merupakan konjungsi sekuensial yang mempunyai hubungan urutan.
3). Pada teks (Q.1) terdapat kata ketiga yang merupakan konjungsi sekuensial yang mempunyai hubungan urutan.
4). Pada teks (R.1) terdapat kata keempat yang merupakan konjungsi sekuensial yang mempunyai hubungan urutan.
5). Pada teks (S.1) terdapat kata kelima yang merupakan konjungsi sekuensial yang mempunyai hubungan urutan.
k. Perlawanan
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka hari Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan konjungsi yang menyatakan hubungan perlawanan.

l. Waktu (temporal)
Dalam artikel “Mengurai Krisiss Air Bersih” di Suara Merdeka hari Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan konjungsi temporal yang menyatakan hubungan waktu.
m. Syarat
Pada teks (K.1) terdapat kata jika yang mempunyai hubungan syarat.
n. Cara
1). Pada teks (B.1) terdapat kata dengan yang mempunyai hubungan cara.
2). Pada teks (B.2) terdapat kata dengan yang mempunyai hubungan.
3). Pada teks (L.2) terdapat kata dengan yang mempunyai hubungan.
4). Pada teks (M.1) terdapat kata dengan yang mempunyai hubungan.
5). Pada teks (M.2) terdapat kata dengan yang mempunyai hubungan.
6). Pada teks (O.2) terdapat kata dengan yang mempunyai hubungan.
7). Pada teks (P.1) terdapat kata dengan yang mempunyai hubungan.

C. Analisis Artikel/Opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di Harian Suara Merdeka Rabu 23 Desember 2009 dari Aspek Leksikal
1. Repetisi
Repetisi adalah penggulangan satuan lingual yang dianggap penting ntuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Repetisi dibedakan menjadi 9, yaitu:
a. Repetisi epizeuksis
Contoh dari artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 adalah sebagai berikut:
1). Kebijakan dan tujuan program ini didasarkan atas kebijakan pusat yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi daerah (B.1)
Pada tuturan di atas kata “kebijakan” diulang beberapa kali secara berturut-turut untuk menekan pentingnya kata tersebut dalam konteks tuturan itu.

2). Berdasarkan studi identifikasi kawasan
rawan air bersih/kekurangan pada 2003,
terdapat 3.104.574 jiwa penduduk yang
termasuk kategori rawan air bersih, dan
itu tersebar di 1.401 desa di 271 kecamatan
di 29 kabupaten (Q.1)
Pada tuturan di atas, kata “rawan air bersih” diulang beberapa kali secara berturut-turut untuk menekankan pentingnya kata tersebut dalam konteks tuturan itu.
3). Beberapa program yang telah dilakukan
pemerintah di antaranya menjalankan
program penyediaan air bersih berbasis
masyarakat (pamsimas) dan pembangunan
air minum dengan DAK (N.1)
Pada tuturan di atas kata “program” diulang beberapa kali secara berturut-turut untuk menekankan pentingnya kata tersebut dalam konteks tuturan.
b. Repetisi Mesodiplosis
Contoh dari artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 adalah sebagai berikut:
1). Permasalahan krisis air bersih/kekeringan
di berbagai kota/kabupaten merupakan
siklus yang terjadi setiap tahun
di beberapa wilayah, siklus itu menjadi bencana
disebabkan kondisi alam, dan dipicu oleh
lingkungan yang makin rusak (C.1 dan 2)
Pada tiap baris artikel/opini di atas terdapat pengulangan satuan lingual “siklus” yang terletak di tengah-tengah baris secara berturut-turut. Pengulangan seperti itu oleh penulisnya dimaksudkan untuk menekankan makna satuan lingual yang diulang, yaitu siklus yang berarti daur/peredaran masa (tahun) atau putaran waktu yang didalamnya terdapat rangkaian kejadian yang berulang-ulang secara tetap dan teratur. Dalam artikel/opini di atas adalah rangkaian kejadian krisis air bersih/kekeringan yang menjadi bencana. Misalnya: kondisi alam, dan dipicu oeh lingkungan yang makin rusak.
2). Kota yang masih cukup memiliki cadangan
air minum adalah kota Magelang
Solo mempunyai cadangan air baku tetapi
perlu segera dibangun unit produksi (H.1 dan 2)
Pada tiap baris artikel/opini di atas terdapat pengulangan satuan lingual “cadangan” yang terletak di tengah-tengah baris berturut-turut. Pengulangan seperti itu oleh penulisan dimaksudkan untuk menekankan makna satuan lingual yan diulang yaitu cadangan yang berarti simpanan pengganti. Dalam artikel/opini di atas yang dimaksud adalah cadangan air minum dan cadangan air baku.
3). Pemerintah telah berupaya untuk menanggulangi
daerah rawan air dengan beberapa program
Pertama, penangulangan tanggap darurat
daerah rawan air dilakukan dengan menggunakan
mobil tangki, dan air siap minum (M.1 dan 2)
Pada tiap baris artikel /opini di atas terdapat pengulangan satuan lingual “daerah rawan air” yang terletak di tengah-tengah baris berturut-turut. Pengulangan seperti itu oleh penulisnya dimaksudkan untuk menekankan makan satuan lingual yang diulang yaitu wilayah yang kekurangan/kesulitan air. Dalam artikel/opini di atas yang dimaksud adalah upaya pemerintah untuk melindungi daerah rawan air dan penanggulangan tangfgap darurat daerah rawan air.
4). Kedua, masyarakat rawan air biasanya berada
pada pemukiman terpencil dan sulit dijangkau
dengan jarak antar rumah yang relative jauh
Ketiga, daerah rawan air biasanya berada
pada kondisi geohidrologi yang miskin air tanah,
serta topografi berbukit (P.1 dan Q.1)
Pada tiap baris artikel/ opini terdapat pengulangan satuan lingual “rawan air” yang terletak ditengah-tengah baris berturut-turut. Pengulangan seperti itu oleh penulisnya dimaksudkan untk menekankan makna satuan lingual yang diulang yaitu kesulitan/kekurangan/kelangkaan air. Dalam artikel /opini di atas yang dimaksud adalah masyarakat rawan air dan daerah rawan air.
c. Repetisi Tautotes
Dalam artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak ditemukan atau terdapat repetisi tautotes.
d. Repetisi Anaphora
Dalam artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak ditemukan atau terdapat repetisi anaphora.
e. Repetisi Epistrofa
Dalam artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak ditemukan atau terdapat repetisi epistrofa.
f. Repetisi Simploke
Dalam artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak ditemukan atau terdapat repetisi simploke.
g. Repetisi Epanalepsis
Dalam artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak ditemukan atau terdapat repetisi epanalepsis.
h. Repetisi Anadiplosis
Dalam artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak ditemukan atau terdapat repetisi anadiplosis.
i. Repetisi Utuh/Penuh
Dalam artikel/opini Mengurangi “Krisis Air Bersih” di suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak ditemukan atau terdapat repetisi utuh/penuh.

2. Sinonimi
Sinonimi adalah ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain (Abdul Chaer, 1990: 85 dalam Sumarlam, 2009: 29).
Sinonimi dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:
a. Sinonimi morfem bebas dengan morfem terikat
Dalam artikel “Mengurai Krisi Air Bersih” tidak ditemukan adanya sinonimi morfem dengan morfem terikat.

b. Sinonimi kata dengan kata
Contoh dari artikel/opini “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka Rabu 23 Desember 2009 adalah sebagai berikut:
1). Kebijakan dan tujuan program ini didasarkan atas kebijakan pusat yang disesuaikan dengan kebutuhan akan kondisi daerah provinsi Jateng terbagi dalam 35 wilayah kabupaten/dengan jumlah penduduk 32.397.431 jiwa (B1 dan 2).
Tampak pada tuturan di atas, kepaduan wacana tersebut antara lain didukung oleh aspek leksikal yang berupa sinonimi antara kata daerah pada kalimat pertama dengan kata wilayah pada kalimat kedua. Kedua kalimat tersebut maknanya sepadan.
c. Sinonimi kata dengan frasa atau sebaliknya
Contoh dari artikel/opini “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka, Rabu 23 Desmber 2009 adalah sebagai berikut:
1). Permasalahan krisis air bersih atau kekurangan diberbagai kota atau kabupaten merupakan siklus yang terjadi setap tahun. Di beberapa wilayah, siklus itu menjadi bencana disebabkan kondisi alam, dan dipicu oleh lingkungan yang makin rusak (C.1).
Kepaduan wacana tersebut didukung oleh aspek leksikal yang berupa sinonimi antara frase krisis air bersih pada kalimat pertama, dengan kata bencana pada kalimat berikutnya. Selain itu kepaduannya juga didukung adanya pemakain kata bencana itu dengan preusasi peristiwa yang digambarkan secara rinci melalui ungkapan disebabkan kondisi alam dan dipicu oleh lingkungan yang masih rusak.
2). Kabupaten yang setap musim kemarau selalu mengalami kekeringan atau rawan air minum adalah Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobogan, Demak, Boyolalli, Wonogiri, dan Cilacap (J.1).
Kepaduan wacana tersebut didukung oleh aspek leksikal yang berupa sinonimi antara kota kekeringan dengan frasa rawan air minum pada kalimat yang sama.
d. Sinonimi frasa dengan frasa
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak ditemukan adanya sinonimi frase dengan frasa.
e. Sinonimi klausa/kalimat dengan klausa / kalimat
1). Kota yang masih cukup memiliki cadangan air minum adalah kota Magelang. Solo mempunyai cadangan air baku, tetapi perlu segera dibangun unit produksi (H.1).
Pada data (H.1) terdapat
f. Sinonimi frasa dengan klausa/kalimat
1). Kedua, masyarakat rawan air biasanya berada pada pemukiman terpencil dan sulit dijangkau dengan jarak antar rumah yang relatif jauh (P.1).
Kepaduan wacana tersebut didukung oleh aspek leksikal yang berupa sinonimi antara frasa pemukiman terpencil dengan klausa sulit dijangkau dengan jarak antara rumah yang relative jauh.

3. Antonimi
Antonimi adalah satuan lingual yang maknanya berlawanan/ beroposisi dengan satuan lingual yang lain.
Antonimi disebut juga oposisi makna.
Oposisi makna dibedakan menjadi lima yaitu oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hierarkial, oposisi hubungan, dan oposisi majemuk.
a. Oposisi mutlak
Dalam artikel “Mengurangi Krisis Air Bersih” dari Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak ditemukan adanya oposisi mutlak
b. Oposisi kutub
Adapun daerah yang mengalami permasalahan kekeringan dalam waktu lebih pendek tapi potensial parah jika terjadi kemarau berkepanjangan adalah kabupaten Kebumen, Purworejo, Banjarnegara, Wonosobo, Banyumas, Purbalingga, Magelang, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Temanggung, Semarang, Kendal, Batang, Pemalang, Pekalongan, Tegal, Brebes, Jepara dan Kudus (K.1).
Pada data (K.1) terdapat oposisi kutub antara kata pendek dengan kata berkepanjangan.
c. Oposisi hubungan
Dalam artikel “Mengurai Krisi Air Bersih” di Suara Merdeka Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan adanya oposisi hubungan.
d. Oposisi hirarkial
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan adanya oposisi hirarkial.
e. Oposisi majemuk
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara Merdeka Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan adanya oposisi majemuk
4. Kolokasi (Sanding Kata)
Kolokasi adalah sosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan.
Dalam artikel “Mengurangi Krisis Air Bersih” terdapat kolokasi sebagai berikut:
1). Kota yang mengalami kekurangan air minum pada musim kemarau adalah Tegal, Pekalongan, Semarang, Salatiga dan Solo. Kota Magelang menjadi satu-satunya daerah di Jateng yang memiliki cukup air minum. Dengan air baku 426 liter/detik, PDAM bahkan berpotensi memberikan pelayaran air minum bagi masyarakat penduduk kabupaten Magelang (L.1 dan 2)
Pada contoh di atas tampak pemakaian klausa-klausa mengalami kekurangan air minum, memiliki cukup air minum, dan memberikan pelayanan air minum, yang saling berkolokasi dan mendukung kepaduan wacana tersebut.
2). Kelima, pemerintah pusat atau daerah tidak mempunyai dana yang cukup, atau belum menempatkan penanganan daerah rawan air sebagai prioritas program pembangunan sehingga belum semua kabupaten/kota mengalokasikan dana APBD II untuk penanganan daerah rawan air (S.1)
Pada contoh di atas tampak pemakaian klausa-klausa daerah tidak mempuyai dana yang cukup dan belum semua kabupaten/kota mengalokasikan dana APBD II yang saling berkolokasi dan mendukung kepaduan wacana tersebut.

5. Hiponimi
Hiponimi adalah satuan bahasa yang maknanya dianggap merupkan bagian dari makan satuan lingual yang lain. Hiponimi menggunakan empat isitlah yaitu:
Dalam artikel “Mengurangi Krisi Air” bersih terdapat hiponimi, sebagai berikut:
1). Adapun daerah yang mulai mengalami kekeringan adalah kota Semarang, Salatiga, Tegal dan Pekalongan (H.3)
Pada data (H.3) terdapat hipernim yaitu daerah. Sementara itu, daerah yang mulai mengalami kekeringan sebagai hiponiminya adalah Semarang, Salatiga, Tegal dan Pekalongan. Hubungan antar unsur bawahan atau antara kata yang menjadi anggota hiponimi yaitu kota Semarang, Salatiga, Tegal dan Pekalongan disebut kohiponim. Hiponim berfungsi mengikat hubungan antar unsur atau antar satuan lingual dalam wacana secara sistmatis, tertutama untuk menjalin hubungan makna atasan dan bawahan, atau antara unsur yang mencukupi dan unsur yang tercukkupi. Hiponiomi dalam teks di atas yaitu hubungan antara daerah dengan kota Semarang, Salatiga, Tegal dan Pekalongan.
2). Kabupaten yang setiap musim kemarau selalu mengalami kekeringan atau rawan air minum adalah Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobogan, Demak, Boyolali, Wonogiri, dan Cilacap (J.1)
Pada data (j.1) terdapat hipernim yaitu kabupaten. Sementara itu, hiponimnya adalah Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobogan, Demak, Boyolali, Wonogiri, dan Cilacap. Hubungan antar unsur bawahan atau antarkota yang menjadi anggota hiponim yaitu Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobogan, Demak, Boyolali, Wonogiri, dan Cilacap disebut kohiponim. Hiponimi dalam teks diatas yaitu hubungan antara kabupaten dengan Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobopgan,, Demak, Boyolali, Wopnogiri dan Cilacap.
3). Adapun daerah yang mengalami permaslah kekeringan dalam waktu leih pendek tapi potensial parah jika terjadi kemarau berkepanjangan adalah kabupaten Kebumen, Purworejo, Banjarnegara, Wonosobo, Banyumas, Purbalingga, Temanggung, Semarang, Kendal, Batang, Pemalang, Pekalongan, Tegal , Berebes, Jepara dan Kudus (K.1)
Pada data (K.1) terdapat hipernim yaitu daerah. Sementara itu, hiponimnya adalah Kebumen, Purworejo, Banjarnegara, Wonosobo, Banyumas, Purbalingga, Magelang, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Temanggung, Semarang, Kendal, Batang, Pemalang, Pekalongan, Tegal, Berebes, Jepara, dan Kudus.
Hubungan antar unsur bawahan atau antarkata yang menjadi anggota hiponiminya disebut kohiponim. Hubungan antara daerah dengan Kebumen, Purworejo, Banjarnegara, Wonosobo, Banyumas, Purbalingga, Magelang, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Temanggung, Semarang, Kendal, Batang, Pemalang, Pekalongan, Tegal, Brebes, Jepara, dan Kudus disebut hiponimi.
4). Kota yang mengalami kekurangan air minum pada musim kemarau adalah Tegal, Pekalongan, Semarang, Salatiga dan Solo (L.1)
Pada data (L.1) terdapat hipernim yaitu kota. Sementara itu hiponiminya adalah Tegal, Pekalongan, Semarang, Salatiga dan Solo. Hubungan antar unsur bawahan atau antar kota yang menjadi anggota hiponimnya disebut kohiponim. Hubungan antara kata dengan Tegal, Pekalongan, Semarang, Salatiga, dan Solo disebut hiponimi.

6. Ekuivalensi (Kesepadanan)
Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antar satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma.
Ekuivalensi dalam artikel “Mengurangi Krisis Air Bersih, sebagai berikut:
Program pengembangan sarana penyediaan air minum (PDAM) dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diperkotaan dan pedesaan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan air nimum (A.1).
Pada kalimat di atas, kata meningkatkan dan peningkatan dibentuk dari bentuk asal yang sama yaitu tingkat yang menunjukkan hubungan ekuivalensi.

D. Simpulan
1. Artikel “Mengurai Krisis Air Bersih “ di Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 terdapat pada bagian wacana lokal di halaman 7 yang letaknya di pojok kanan atas. Artikel tersebut sesuai dengan keadan yang terjdi saat ini, yang perlu dipecahkan permasalahannya. Artikel tersebut brisi tentang krisis air bersih yang terjadi di beberapa wilayah yang perlu dilakukan adanya program pengembangan sarana penyediaan air minum (SPAM) untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di perkotaan dan pedesaan, melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan air minum.
2. Aspek gramatikal yang paling dominan sampai yang tidak dominan
Aspek gramatikal yang paling dominan muncul adalah konjungsi (67,74%), sedangkan yang tidak dominan muncul adalah substitusi (1,43%). Dilihat dari aspek gramatikal referensi, yang paling dominan muncul adalah pronominal demonstratif (15,71%). Aspek gramatikal substitusi yang muncul adalah substitusi frasa (1,43%). Aspek gramatikal ellipsis yang paling dominan muncul adalah pelesapan frase (2,86%). Aspek gramatikal konjungsi yang paling dominan muncul adalah konjungsi penambahan aditif (25,71%).

Aspek leksikal yang paling dominan muncul adalah repetisi (36,84%), sedangkan yang tidak dominan muncul adalah antonimi dan ekuivalensi (5,26%). Dilihat dari aspek leksikal repetisi, yang paling dominan muncul adalah repetisi mesodiplosis (21,05%). Aspek leksikal sinonimi yang muncul adalah sinonimi kata dengan frasa atau sebaliknya (10,53%). Aspek leksikal antonimi yang paling dominan muncul adalah oposisi kutub (5,26%).



DAFTAR PUSTAKA

Sumarlam, dkk. 2009. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta.

Tamzil. Mengurai Krisis Air Bersih. Dalam Suara Merdeka, 23 Desember 2009 Hal: 7 Surakarta.

LAMPIRAN

1. Objek kajian asli.

2. Objek ketikan ulang (Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009).
A
1. Program pengembangan sarana penyediaan air minum (SPAM) dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di perkotaan dan pedesaan, melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan air minum.
B
1. Kebijakan dan tujuan program ini didasarkan atas kebijakan pusat yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi daerah.
2. Propinsi Jateng terbagi dalam 35 wilayah kabupaten/kota dengan jumlah penduduk 32.398.431 jiwa.
C
1. Permasalahan krisis air bersih/kekeringan di berbagai kota/kabupaten siklus yang terjadi setiap tahun.
2. Di beberapa wilauyah, siklus itu menjadi bencana disebabkan kondisi alam, dan dipicu oleh lingkungan yang makin rusak.
D
1. Berdasarkan studi identifikasi kawasan rawan air bersih/kekeringan pada 2003, terdapat. 3.104.574 jiwa penduduk yang termasuk kategori rawan air bersih dan ditu tersebut di 1.401 desa di 271 kecamatan di 29 kabupaten.
E
1. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi, ataupun kabupaten/kota untuk menanggulangi daerah rawan air, diantaranya lewat penanggulangan secara darurat permanen.
F
1. Namun, masih pelru didukung oleh upaya konservasi daerah tangkapan air mengingat luas daerah rawan air bersih cenderung bertambah.
G
1. Saat ini sedang dilakukan ineventarisasi daerah kekeringan dan rawan air di Jateng oleh satuan kerja pengembangan kinerja dan pengelolaan air minum (Satker PKP).
2. Dari data sementara, ada 1.445.490 jiwa yang termasuk kategori mengalami rawan air bersih.
3. Mereka berdiam di 1.109 desa di 217 kecamatan dan 27 kabupaten /kota.
H
1. Kota yang masih cukup memiliki cadangan air minum adalah kota Magelang, Solo mempunyai cadangan air baku, tetapi perlu segera dibangun unit produksi adapun daerah yang mulai mengalami kekeringan adalah kota Semarang, Salatiga, Tegal dan Pekalongan.
2. Pelayanan PDAM di kota-kota itu sudah mulai terganggu pada musim kemarau karena kesulitan pasokan air baku.
I
1. Dampak kekeringan pada musim kemarau bisa memperparah kondisi sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat, terutama bagi yang berpenghasilan rendah.
2. Pasalnya, mereka banyak kehilangan waktu dan tenaga hanya untuk mengambil air dari tempat yang jauh, atau harus mengeluarkan uang lebih banyak guna membeli air dari pedagang keliling atau mobil tangki.
J
1. Kabupaten yang setiap musim kemarau selalu mengalami kekeringan atau rawan air minum adalah Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobogan, Demak, Boyolali, Wonogiri dan Cilacap.
K
1. Adapun derah yang mengalami permasalahan kekeringan dalam waktu pendek tapi potensial parah jika terjadi kemarau berkepanjangan adalah kaupaten Kebumen, Purworejo, Banjarnegara, Wonosobo, Banyumas, Purbalingga, Magelang, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Temanggung, Semarang, Kendal Batang, Pemalang, Pekalongan, Tegal, Brebes, Jepara, dan Kudus.
L
1. Kota yang mengalami kekurangan air minum pada musim kemarau adalah Tegal, Pekalongan, Semarang, Salatiga dan Solo.
2. Kota Magelang menjadi satu-satunya daerah di Jateng yang memiliki cukup air minum.
3. Dengan air baku 426 filter/detik, PDAM bahkan berpotensi memberikan pelayanan air minum bagi masyarakat penduduk kabupaten Magelang.
M
1. Pemerintah telah berupaya untuk menanggulangi daerah rawan air dengan beberapa program.
2. Pertama, penanggulangan tanggap darurat daerah rawan air dilakukan dengan mengunakan mobil tangki dan air siap minum.
N
1. Beberapa program yang telah dilakukan pemerintah diantaranya menjalankan program penyediaan air bersh berbasis masyarakat (pamsimas) dan pembangunan air minum dengan DAK.
O
1. Kendala yang dihadapi dalam penanggulangan darah rawan air adalah pertama, air baku yang semakin terbatas, senantiasa kebutuhan akan air terus meningkat.
2. Kalaupun terdapat air baku, biasanya berada pada jarak yang cukup jauh dan sering berbenturan dengan peruntukan lain.
P
1. Kedua, masyarakat rawan air biasanya berada pada pemukiman terpencil dan sulit dijangkau dengan jarak antar rumah yang relatif jauh.
Q
1. Ketiga, daerah rawan air biasanya berada pada kondisi geohidrologi yang miskin air tanah, serta topografi berbukit.
R
1. Keempat, kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan SDM yang terbatas sehingga kurang mempunyai kemampuan untuk mengoperasikan sarana air minum yang dibangun.
S
1. Kelima, pemerintah pusat atau daerah tidak mempunyai dana yang cukup, atau belum menempatkan penanganan daerah rawan air sebagai prioritas progam pembangunan sehingga belum semua kabupaten/kota mengalokasikan dana APBD II untuk penanganan daerah rawan air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar