Rabu, 20 April 2011

Cerpen: Ketulusan Cinta


Ketulusan Cinta
Karya: Endah

“Cinta hadir tanpa kita pinta dan perginya cinta tanpa kita sendiri relakan”. Itulah kalimat yang terucap dari bibir Ami, setelah setahun kepergian Ilham. Kalimat itu mengingatkan pada kisah cintanya yang berakhir dengan kesedihan.
Kisah cinta itu berawal dari pertemuan Ami dengan Ilham dalam kegiatan orientasi siswa baru. Saat itu, Ami, yang telah lulus dari Sekolah Menengah Pertama berniat meneruskan sekolahnya ke sekolah favorit, SMA N 4 Surakarta. Impiannya pun terwujud. Ia diterima menjadi siswa baru di sekolah tersebut. Tidak mustahil, ia bisa diterima di sekolah favorit itu karena kepandaiannya. Selain pandai, keistimewaan Ami terletak pada kesederhanaannya dan ia mudah bergaul. Pantas saja ia mempuyai banyak teman sewaktu di SMP.
Seperti yang telah Ami rasakan di bangku SMP, ia kembali merasakan masa-masa menjadi siswa baru dalam kegiatan orientasi selama tiga hari.
“Kali ini, kegiatan orientasi  pasti lebih ketat, semua siswa baru digojlok habis-habisan”, pikir Ami sembari bersiap-siap untuk berangkat.
Walaupun begitu, ia tetap bersemangat melangkah dengan pasti menuju ke sekolah. Sesampainya di sekolah, ia pun bertemu dengan teman-temannya sesama siswa baru dan dengan cepat ia mendapatkan teman baru. Banyak teman barunya yang menyukainya.
Hari pertama orientasi siswa baru pun dimulai. Semua siswa baru berkumpul di halaman sekolah untuk berkenalan dengan semua pengurus kegiatan orientasi. Pengurus kegiatan orientasi adalah siswa kelas XI dan XII. Perkenalan pun dimulai dan ia bertemu dengan Ilham, siswa kelas XII yang menjadi salah satu pengurus. Ilham, salah satu siswa yang berprestasi di sekolahnya, ia juga dikenal sebagai siswa yang tidak neko-neko sehingga banyak cewek yang kagum dan menyukainya. Untuk pertama kalinya, Ami merasakan getaran di hatinya saat melihat Ilham, begitu juga sebaliknya. Seperti yang dikatakan kebanyakan orang, itulah “cinta pada pandangan pertama”.
Hari kedua dan ketiga kegiatan orientasi pun berakhir dengan cepat. Sejak saat itu, Ami dan Ilham sering bertemu secara tidak sengaja. Mereka sering berpas-pasan, bertemu di kantin, juga saat pulang sekolah. Lambat laun mereka saling mengenal dan bertukar nomor Hp. Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka semakin dekat. Mereka saling memuji satu sama lain dan sering ngobrol bareng saat jam istirahat. Ami menyukai Ilham karena kesederhanaannya, begitu pun Ilham. Kesederhanaan merekalah yang menumbuhkan cinta di antara mereka.
Akhirnya, pada suatu malam, Ilham menyatakan cinta kepada Ami lewat Hp. Hp Ami pun berdering. Kring..kring..kring!!!
“Siapa malam-malam telpon?” gerutu Ami sembari mengambil Hp-nya.
Seketika itu, ia kaget juga senang melihat nama yang tertera di layar Hp-nya adalah Ilham. Ia tidak menyangka bahwa Ilham akan menelponnya. Langsung diangkatnya telpon dari Ilham.
“Ami saat aku melihatmu pertama kali, aku mengagumimu dan menyukai kesederhanaanmu. Aku mencintaimu”, tutur Ilham.
Seketika Ami pun kaget dan hatinya berdegup kencang campur senang, mendengar Ilham menyatakan cinta kepadanya.
“Apakah kamu juga merasakan hal yang sama sepertiku, Ami?” lanjut Ilham.
Setelah beberapa menit Ami terdiam, ia pun menjawabnya, “Iya, aku pun juga begitu, Kak Ilham”.
“Terimakasih, aku senang mendengarnya. Ya udah, met malam Ami, sampai ketemu besok?” tutur Ilham.
“Malam Kak”, jawabnya.
Percakapan mereka pun berakhir. Begitu bahagianya Ami malam itu. Ia berbunga-bunga dan wajahnya terlihat merah.
Keesokan harinya, mereka bertemu di sekolah. Akhirnya mereka resmi menjalin cinta. Hari demi hari mereka lewati bersama. Saat menjelang dan menghadapi ujian pun, tak lupa Ami selalu menemani Ilham belajar dan selalu memberinya semangat serta motivasi. Akhirnya, Ilham lulus dengan prestasi yang memuaskan, sedangkan ia naik ke kelas XI dengan prestasi yang memuaskan pula.
Tak terasa hubungan mereka sudah setahun. Saat itu pula, mereka harus berpisah karena Ilham melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung. Ami begitu sedih harus berpisah dan berjauhan dengannya walaupun komunikasi di antara mereka tetap berjalan dengan baik.
Beberapa bulan kemudian, bertepatan dengan hari ulang tahun Ami, Ilham pulang ke Solo. Mereka pun bertemu, saling melepas rindu dan merayakan ulang tahun Ami bersama. Ami begitu bahagia, tepat di saat ulang tahunnya, orang yang ia cintai ada di sisinya. Begitu cepat waktu berlalu dan perayaan itu pun telah usai. Ilham harus kembali lagi ke Bandung. Mendengarnya, Ami sedih sekali karena harus berpisah lagi dengannya. Tapi, Ilham membuatnya tersenyum kembali ketika ia mengatakan pernyataan cintanya dulu kepada Ami.
“Aku menyukai kesederhanaanmu. Aku mencintaimu. Jagalah ketulusan cintaku”, ucap Ilham untuk terakhir kalinya sebelum berpisah dengan Ami.
Akhirnya, Ami pun mengantar kepergian Ilham. Kemudian, ia pun pulang ke rumah. Baru saja tiba di rumah, Hp-nya berdering.
“Dari kantor polisi? Ada apa ya?” pikirnya.
“Halo?”ucap Ami.
“Halo, selamat siang. Apa benar ini saudara Ami?” ucap Pak Polisi.
“Iya benar. Ada apa Pak?” jawabnya.
“Maaf saudara Ami, teman Anda Ilham mengalami kecelakaan dan meninggal dalam perjalanan menuju ke rumah sakit”, ucap Pak Polisi.
Sontak Ami kaget dan badannya lemas tak berdaya. Ia menangis histeris. Mengingat perkataan Ilham terakhir kali, membuatnya sedih. Ia baru menyadari bahwa itu adalah pesan terakhir Ilham kepadanya sebelum ia pergi untuk selamanya. Ami tidak menyangka, pertemuannya itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Ilham dan untuk terakhir kalinya ia melihat Ilham. Di dalam lubuk hatinya, ia akan menjaga ketulusan cinta Ilham kepadanya dan akan ikhlas merelakan kepergian Ilham. Ia sadar, cinta tak harus memiliki.
Setahun berlalu sejak kepergian Ilham, Ami kembali menata hatinya dan melanjutkan sekolahnya yang masih duduk di kelas XII.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar